Minggu, 22 Februari 2009

Ironi Pernikahan


Sore-sore q nggak ada kerjaan. mau belajar malez, mau tidur, udah tidur seharian. Mau makan, aduh…nggak nafsu bgt. Iseng-iseng ku buka hap. ngirim sms ke temen-temen ajalah… Tapi masalahnya q nggak terlalu bisa kalau bikin kata-kata mutiara. gimana ya? Eh, Kok aq lupa ya punya Super Mom yang pinter ngolah kata-kata ajaib!

“Ma…. Bikinin kata-kata yang bagus dong buat aku krimin ke temen-temen!”

Umaku yang lagi di dapur biin jenang grendul kaget. “Apa nak? Kok teriak-teriak? Bantuin uma kek bikin jenang gredul!”

Ya ampun… Ni bukti nyata kalo emang apa yang ada dipikirannya anak-anak beda bgt ma ortu. Istilahnya zaman udah beda, tapi ortu masih berkutat ma masa lalu.

“Ngapain sich ma pake acara bikin-bikin jenang grendul? Ya deh ntar tak bantuin tapi bikinin kata-kata dulu.”

Umaku mang paling nggak bisa dapet intimidasi dari anak,”Ya udah nak, ehm…apa ya…? oia gini, bagi Allah tidak ada yang mustahil krn…bla…bla….bla…”

Aku langsung menimpali, “Ma, ya anak-anak nggak mungkin percaya kalo aku yang bikin kata-kata. Orang anak-anak tau aku g` bisa bikin kata-kata bagus.”

“O ya udah nak gini aja, kadangkan yemen-temenmu kurang menyadari pentingnya kehadiran ibu, nah kamu sekarang yang menyadarkan mereka. Tulis kata kata ini…..”


Akhirnya…

Menjelang aq menikah,

Aq mengerti betapa berat perjuangan seorang ibu,

Hanya saja kita tidak pernah peduli

Bahwa setiap langkah kita adalah…

Tetes air matanya.”


Setelah q ketik kata-kata yang disuruh ma emakku, ku fowardkan smsq ke semua nomor teman-temanku. Send….!

Langsung seketika itu juga hp q penuh balasan dari teman2 q.


“Apa mksd kata-kata U?” K` Ayu langsung membalas smsq. Q bales smsnya, “Q mau nikah mei. Plz pray 4 me!” Dia langsung bales lagi, “Ya Allah, Qis. Q pengen nangis.” Maksudnya…? @*^%$?!


“Bil, kamu jadi merit? Du, kamu batu nyadari sesuatu ya? Cerita dunk…” Itu balesan sms dari my kepompong`s friend, K` Dawim.

“Beneran qil, u jd merit. Ya ampun…undang-undang lho…” K` Mar`ah g` mau kalah ngasih respon smsq.

Ada lagi kawanq dari cirebon sms, “Akhirnya, salah satu sahabat terbaikku menikah. Q hanya bisa b`doa semoga Allah selalu melindungi stiap langkah yang kau pijak di kehidupan baru yang penuh dengan kasih sayang dan pengabdian.”

“U waras pa enggak c? Kaya`x u dulu plng anti ma cowok deh! Pengen tau aq calon u ky` apa? Qis, mana cita-cita u?”

dan bxk lah yang menimpali macem-macem. intinya sih aq tau mereka kaget banget dengan keputusanq untuk nikah dini. Heran, plus kaget, so amazing g2, campur terharulah itu tanggapannya anak-anak!

Malah yang lucu nich, ada teman baikku, K` Fani namanya. dia orangnya nge-friend bgtlah sama aq. Waktu aq disuruh pulang ma my mom, q g` bilang ke temen2q atas dasar apa aq pulang. Aq bilang pokoknya aq disruh pulang ma keluargaq. Setelah aq pulang, ada kejadian di pondok. Ternyata k` Fani ngebaca alasan aq pulang di buku perizinanq. Sontak aja air matanya langsung tumpah. Di buku perizinan tertulis keperluan : Khitbah.

Lain cerita, ketika aq dah nyampe` di pondok, setelah pulang 10 hari, aku ke kamarnya k` Fani. Dia langsung teriak dan memelukku, “Bilqis…, aku g` rela kalau kamu tunangan! Pokoknya jangan nikah dulu. Kalau dia ngotot nikahin kamu suruh ngadep ke aq dulu!” Nah, lho…!

“Mana qis cita-cita u yang slalu jadi impianmu? Qis sadar dong! Mang kaya` apa sich tunanganmu. Kalau kamu g` mau nikah g` usah dipaksain. Q yang mau bilang ma dia!” Walah-walah, temenku yang da di Yogyakarta langsung nyerocos di telp begitu aku bilang rencana pernikahanku.

Ada juga yang naggapin positif “”Bagus. Itu bisa membuat kamu lebih dewasa. Aku dukung!”

Aq hanya bisa tersenyum simpul. Nikah….nikah….

Pastinya yang membuat mereka terkaget-kaget adalah keputusanku buat nikah dini. Kenapa?

Ya, memang sich ada perasaan takut, deg-degan, seneng, terharu, bahagia and sejuta perasaan lain yang g` bisa kudefinisikan. tapi yang jelas, perasaan yang paling mendominasi adalah TAKUT. Takut g` cocok ma suami, takut g` bisa ngerawat anak. Takut kalau ternyata kita nikah bukan dengan orang yang tepat. Takut g` cinta. Dan… Ya, pokoknya takutlah!

Tapi menurutku, bukan masalah kita nikah sama siap, apa pekerjaannya, bagaimana perjalanan hidupnya. Apakah dia pernah kena kasus kriminil? Ato, g` mood coz tampangnya ja tampang kriminil? Apa dia bisa jadi suami yang baik buat aku? Apa dia bisa menjadi ayah terbaik yang ada di muka bumi? Ya wes pokoknya gitu deh!

Tapi semua itu berpulang pada, “APAKAH KITA SUDAH SIAP UNTUK MEMUTUSKAN BAHWA KITA AKAN SELALU MENCINTAINYA?”

Karena pernikahan bukanlah apakah kita sudah mencintai orang yang tepat, tapi BAGAIMANA KITA MENCINTAI ORANG YANG KITA TEMUKAN.

Dan, saat ini aku telah menemukan `seseorang itu`, saat inilah aku harus memutuskan untuk mencintainya…

Get married yuk…!!!


6 komentar:

Bang Fau mengatakan...

Assalamualaikum
Alhamdulillah ala kulli hal.
Membaca opini mbak tentang ironi pernikahan, saya dihinggapi perasaan bingar dan senang. saya salut atas oretan mbak yang mewakili imaginasi rasa mbak yang begitu jujur. Atas kejujurannya, barangkali tidak salah bila saya berterimakasih. "TERIMAKASIH". Menyikapi pernikahan, banyak orang yang menganggap sesuatu yang sakral. Mungkin saja. Tapi memang nikah itu memerlukan persiapan karena menikah akan menjalani tapak hidup yang berbeda dari sebelumnya. Menikah juga bermakna akan menyatukan dua warna yang berbeda antara dua insan. Tetapi tentunya dengan limpahan akalnya akan mengajaknya kepada langkah yang lebih bermakna. maka kuncinya adalah agama. Agama mengajarkan manusia untuk saling menghargai. agama mengajarkan manusia berbudi luhur. Untuk itu diperlukan ilmu yang mengantarkan manusia beretika.
Prof. Syed Naquib Alattas mengatakan bahawa konsep pendidikan itu ta'dib (menjadikan manusia beradab.
Nah adab, etika, tatakrama, akhlaq atau apapun namanya harus menjadi nilai ideal dalam hidup agar menjadikan individu menjadi hamba yang akram, kerana adab itu terkait dengan sesama manusia, dengan lingkungan dan dengan kholiqnya.
Nikah berasal dari bahasa arab "aqada" yang berarti ikatan. bermakna bahawa seseorang perempuan yang menikah tanggung jawabnya secara total pindah dari orang tua kepada suaminya. ini dibenarkan oleh sebuah sabda nabi Muhammad "seandainya manuasia boleh sujud pada manusia, maka aku suruh sujud perempuan kepada suaminya"
Namun konteks ini tidak boleh dipahami secara mentah. Kerana walau tanggung jawab ada pada suami, ada garis-garis yang harus dipahami. Tidak berarti bahawa sang suami seenaknya dan semena-mena terhadap istrinya. Seorang suami harus tahu diri, harus bisa menghargai, harus tahu menempatkan diri. Kerana ada adab dalam rumah tangga. disinilah perlunya saling memperhatikan, saling menghargai, saling tahu diri. Nabi Muhammad tidak marah ketika istrinya yang tersalah memasukkan garam kedalam kopinya (dikira gula, tetapi begitu istrinya tahu kesalahannya dengan segera meminta maaf. ketika suatu ketika Rasul datang dari berdakwah, sesampainya di rumah pintu terkonci, maka diketuknya pintu berkali-kali, tapi istrinya tidak bangun. maka Rasul memutuskan tidur di depan pintu. ini hanya secuil contoh yang bisa di tiru.Kalau bukan Rasul siapa lagi panutan kita?
Saya turut senang bila anda telah menemukan orang yang anda cari. Saya turut berdoa semoga anda menemukan kehidupan yang anda cita-citakan atas ridlaNya. semoga anda hidup bahagia bersama suami anda. Semoga anda mampu membina harmonisasi kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah hingga kelak di akhirat.
amien
Wassalalm

Bang Fau mengatakan...

Assalamualaikum
Alhamdulillah ala kulli hal.
Membaca opini mbak tentang ironi pernikahan, saya dihinggapi perasaan bingar dan senang. saya salut atas oretan mbak yang mewakili imaginasi rasa mbak yang begitu jujur. Atas kejujurannya, barangkali tidak salah bila saya berterimakasih. "TERIMAKASIH". Menyikapi pernikahan, banyak orang yang menganggap sesuatu yang sakral. Mungkin saja. Tapi memang nikah itu memerlukan persiapan karena menikah akan menjalani tapak hidup yang berbeda dari sebelumnya. Menikah juga bermakna akan menyatukan dua warna yang berbeda antara dua insan. Tetapi tentunya dengan limpahan akalnya akan mengajaknya kepada langkah yang lebih bermakna. maka kuncinya adalah agama. Agama mengajarkan manusia untuk saling menghargai. agama mengajarkan manusia berbudi luhur. Untuk itu diperlukan ilmu yang mengantarkan manusia beretika.
Prof. Syed Naquib Alattas mengatakan bahawa konsep pendidikan itu ta'dib (menjadikan manusia beradab.
Nah adab, etika, tatakrama, akhlaq atau apapun namanya harus menjadi nilai ideal dalam hidup agar menjadikan individu menjadi hamba yang akram, kerana adab itu terkait dengan sesama manusia, dengan lingkungan dan dengan kholiqnya.
Nikah berasal dari bahasa arab "aqada" yang berarti ikatan. bermakna bahawa seseorang perempuan yang menikah tanggung jawabnya secara total pindah dari orang tua kepada suaminya. ini dibenarkan oleh sebuah sabda nabi Muhammad "seandainya manuasia boleh sujud pada manusia, maka aku suruh sujud perempuan kepada suaminya"
Namun konteks ini tidak boleh dipahami secara mentah. Kerana walau tanggung jawab ada pada suami, ada garis-garis yang harus dipahami. Tidak berarti bahawa sang suami seenaknya dan semena-mena terhadap istrinya. Seorang suami harus tahu diri, harus bisa menghargai, harus tahu menempatkan diri. Kerana ada adab dalam rumah tangga. disinilah perlunya saling memperhatikan, saling menghargai, saling tahu diri. Nabi Muhammad tidak marah ketika istrinya yang tersalah memasukkan garam kedalam kopinya (dikira gula, tetapi begitu istrinya tahu kesalahannya dengan segera meminta maaf. ketika suatu ketika Rasul datang dari berdakwah, sesampainya di rumah pintu terkonci, maka diketuknya pintu berkali-kali, tapi istrinya tidak bangun. maka Rasul memutuskan tidur di depan pintu. ini hanya secuil contoh yang bisa di tiru.Kalau bukan Rasul siapa lagi panutan kita?
Saya turut senang bila anda telah menemukan orang yang anda cari. Saya turut berdoa semoga anda menemukan kehidupan yang anda cita-citakan atas ridlaNya. semoga anda hidup bahagia bersama suami anda. Semoga anda mampu membina harmonisasi kehidupan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah hingga kelak di akhirat.
amien
Wassalalm

Phau Chan mengatakan...

cuba buka: phauchan.multiply.com

Anonim mengatakan...

Bismillah...
Pendek saja Nak,
Ummah alias Yayangmu ini .. ketawa ngakak diwarnet!
Hahaha... Anakku sudah gedhe, anakku alias Ibunya Deden pinter banget nulisnya.

Oh uh eh.. Ibunya Deden (canda kita dirumah kan nama anak pertama dipanggil si Deden)... Kamu ini anak terbaik dimuka bumi ini. Ingat gak Nak... ada peristiwa selalu memalukan saat Ummah pulang sekolah (Aliyah kelas 2 saat itu)? Kamu nunggu Ummah yg masih berseragam abu2...kamu nglanjak2 minta nyusu.... sungguh cara amat tak sopan sedikit pun hahahaha...sama seperti tulisanmu... lucu...selucu ketika kamu usia 7bulan dulu.

Oche deh...ngomong2 kenalkan dunk calon misuamu itu... Kok tulisannya 'kutemukan'...emang Mbak Nadia nemu pangeran cinta itu dimana? Ohoooo.... jujurlah padaku..(kata Radja yg dinyanyikan dik Noval..)

Miss u berat Nak... Miss the Deden's baby... karena Ummah mo jadi Great Granny hehehehe

Phau Chan mengatakan...

Bismillahirrahmanirrahim
"Cinta" sebuah kata yang tak asing bahkan serasa menjadi bagian dari nadi manusia, kerananya manusia bisa hidup dan bertahan hidup.
yang menjadi pertanyaan, apakah makna haqiqi cinta itu?
cinta adalah sebuah anugerah yang diberikan Allah untuk lebih dekat dengannya. pararel "man arofa nafsahu 'arofa robbahu" adalah sebuah perfoma singkat yang mengantarkan jiwa untuk menjadi hamba yang patuh dan taat padaNya. cinta hanya sebuah rasa, sedang hakikat hidup ini adalah untuk memunculkan semua langkah dan warna hidup ini kerana cinta padaNya.
semoga keputusan mbak untuk mencintainya adalah sebuah langkah untuk mendekatkan diri padaNya.bila cinta itu bermuara dari karuniaNya, disitulah rahmat dan berkah akan bersemai.
maka mencitailah kerana mengharap ridlaNya. berharaplah luapan karuniaNya di persada bumi.

Daddy MI mengatakan...

MARRIAGE IS .......

Jika ada seribu orang harus melengkapi kalimat di atas, barangkali akan tercipta seribu kalimat yang berbeda.
Knp? Karena pada dasarnya orang menyikapi pernikahan dari sudut yang berbeda walo tentu saja ada yang sama. Beberapa alasan yang lazim ditemui adalah:
* untuk mempunyai keturunan.
* untuk menghindari zina.
* untuk menghalalkan yang haram.
* untuk mempunyai teman curhat.
* untuk menghindari fitnah.
* untuk mendulang kebahagiaan.
* untuk mendapatkan tempat berlindung.
* untuk mencari status.
Dsb dsb dsb.

Don't you think they are good reasons?
Certainly they are! But remember this. Ketika kita memutuskan untuk menikahi seseorang maka suka or tidak suka, siap or tidak siap, maka kita akan seatap, serumah, dan pastinya seperaduan dengan orang lain. (kalo versi dangdutnya sih sepiring berdua juga.

Disinilah perlunya kita bersikap bijak pada 'kehadiran' seseorang itu di samping kita. Berbahagialah jika seseorang itu mempunyai banyak kesamaan dengan kita, misalnya karakter, hobi, makanan dsb dsb. Tapi harus diingat, banyak kesamaan bukan berati persis sama. Perbedaan -sekecil apapun- pasti ada. Ingat kan, bahwa orang kembar juga mempunyai perbedaan?

Coba dech bayangkan.
Non tidak nyaman tidur dengan orang yang suka mendengkur, eee tahu2 pasangan non suka mengigau dan mendengkur.
Non suka kondisi rumah yang tertata indah and rapi, tahu2 dapat pasangan yang rada2 kemproh.
Non suka merasa pusing bila ada bau menyengat, ndilalah pasangan anda amit2 BBnya bikin klenger.

Jika memang itu yang terjadi apakah non akan merajuk dan berkata "pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku"?

Jangan buru2 dech ambil keputusan spt itu. Ingat lho ya, mungkin saja ada sesuatu dalam diri non yang mbuat pasangan non sebetulnya merasa nggak nyaman. Tapi, demi cinta dan demi rasa sayang, dia rela beradaptasi dengan ketidaknyamanan itu. So, kalo dia bisa adaptasi, kenapa non tidak bisa?

So, non musti waspada. Perbedaan kecil kalo terus2an di blow up lambat laun akan jadi besar. And pada gilirannya perbedaan kecil itu yang justru akan meluluh lantakkan rumah tangga. Jika non yakin bahwa perbedaan adalah rahmat, kenapa tidak jadikan juga perbedaan antara non dan pasangan non sebagai suatu rahmat?

Ops! Ternyata bukan marriage nya yang sulit tapi paska marraige nya itulah yang perlu diwaspadai.

Anyway, go ahead and get marriage. Reach your happines with the selected one.
Proficiate to you and your partner.